Translate

Thursday 14 May 2015

Leaderless Group Discussion (LGD) LPDP - Part 1

LGD berbeda dengan FGD (focus group discussion). LGD digunakan untuk mengamati perilaku seseorang, sedangkan FGD digunakan untuk mengumpulkan data. LGD lebih menitikberatkan pada perilaku tampak, atau yang ditampakkan, atau yang diharapkan ditampakkan selama proses diskusi. Diskusi ini disebut leaderless karena tidak ada kesepakatan sebelumnya mengenai siapa yang menjadi moderator, pemimpin dan sebagainya. Hal ini untuk menunjukkan bahwa semuanya dalam posisi yang sama.

Instruktur seleksi diskusi yang profesional akan menekankan bahwa tidak perlu menunjuk pemimpin. Ia akan menekankan waktu yang terbatas sehingga lebih bijak jika langsung masuk ke proses diskusi bersama. Hal tersebut ada benarnya daripada menghabiskan 30 detik mencari pemimpin diskusi, lebih baik langsung berdiskusi. 

Speak 
Ingat, ini adalah tahap seleksi diskusi yang akan mengamati pola perilaku tampak seseorang. Sebagus apapun logika alur berpikir dan tulisan indah Anda, jika Anda tetap diam selama 20 menit diskusi, Anda akan gagal dengan keterangan: pasif.

Hampir seluruh kegiatan diskusi menggunakan cerita yang ambigu dan mengurutkan sesuatu. Logika dan jawaban Anda memang akan mendapat nilai, namun nilai tertinggi tetap pada bagaimana cara Anda menyampaikan logika dan alur berpikir tersebut pada orang lain. Orang yang sangat pandai, tapi cara menyampaikan idenya tidak karuan, tetap nilai amatannya akan jelek.

Berbicaralah dalam proses diskusi. Tentunya termasuk berani mendukung pendapat rekan, berani berpendapat beda, dan berani mengakui kebenaran alur dari rekan diskusi lain.


 

Summarize 
Berbicara terlalu sedikit akan dinilai sebagai bebek pengikut, berbicara terlalu banyak akan dinilai sebagai otoriter yang dominan. Titik temunya adalah meringkas berbagai pendapat yang muncul, entah hasil pendapat pribadi atau pendapat beberapa rekan. Tidak perlu menjadi seorang pemimpin diskusi untuk meringkas pendapat orang lain. Bahkan jika sudah ada pemimpin diskusi dan kita yang melakukan proses peringkasan berbagai pendapat, nilai kita lebih unggul dari si pemimpin. 

Ketika meringkas, menemukan kesamaan pandang dalam dua alur berbeda, ada celah yang dapat dimanfaatkan. Kita dapat menanyakan pendapat dari rekan yang cenderung diam. Hal ini akan menunjukkan kita memiliki kepekaan terhadap orang lain. Entah orang tersebut akhirnya berpendapat atau hanya bilang “idem”, tak menjadi soal. Kita sudah memberikan kesempatan. 

Smile 
Semua orang senang dengan rasa manis. Satu senyuman akan membuat afirmasi dalam diri, kita akan menjadi lebih rileks, yang mengarah pada kejernihan pikir, lalu berujung pada kepercayaan diri. Kepercayaan diri yang tampak dari senyuman akan direspon oleh orang lain sebagai bentuk kharisma, aura, dan ketaatan.

Kadang kala entah karena tegang atau lapar atau sakit perut, ekspresi yang muncul adalah datar. Ketika diskusi berjalan alot, yang terlihat malah agresi dan senyum mencemooh pendapat orang lain. Senyum yang asli akan sangat bermanfaat.

(diadaptasi dari: http://lantai-13.blogspot.com/2013/01/menembus-seleksi-diskusi.html)

Seleksi Beasiswa Pendidikan Indonesia Tahap 2 Tahun 2015

Cisauk, 13 Mei 2015


Masa penantian pengumuman seleksi adminsistrasi Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) LPDP akhirnya berakhir. Seperti biasa, website LPDP pun sangat sulit diakses di hari-H pengumuman. Kalaupun kita bisa masuk, belum ada pengumumannya. Untuk BPI tahap 2 tahun 2015 ini, mulai dari jam 00.00 WIB hingga 17.00 WIB saya belum mendapati pengumuman hasil seleksi. Baru saya dapati sinyal-sinyal pengumuman setelahnya, yakni saat beberapa teman member fanpage facebook LPDP memberitahukan dan membagi informasinya. Kesusahan mengakses website, alhamdulillah-nya ada seseorang yang membagi link di google drive. Dan akhirnya…, alhamdulillah saya mendapati nama saya tercantum di hasil seleksi administrasi BPI LPDP tahap 2 2015.

Lesson learn sejauh ini adalah jangan hanya mengandalkan website LPDP untuk mengakses pengumuman hasil seleksi, tapi pantau juga di media sosial, seperti fanpage LPDP. Berharap saja ada yang sudi membagi hasil pengumuman itu di sana… Perjuangan belum berakhir samapai di sini. Masih ada tahap berikutnya yang harus dilalui, yakni tahap verifikasi dokumen, wawancara, dan LGD (leaderless group discussion).

Paling cepat, tahap kedua biasanya berlangsung seminggu setelah pengumuman seleksi administrasi, dan berlangsung sesuai dengan lokasi di mana kita menentukan pada saat pendaftaran online. Untuk verifikasi dokumen, pastikan dokumen yang kita upload sewaktu pendaftaran online sama dengan dokumen asli yang kita punya. Melewati tahap ini, berarti kita berhak mengikuti wawancara. Gagal di tahap ini karena dokumen tak sesuai atau terindikasi dokumen palsu, maka jangan harap bisa mengikuti proses selanjutnya.

Proses wawancara berlangsung sekitar 30 menit, di mana kita akan berhadapan dengan tiga orang pewawancara, yang dari beberapa sumber yang saya dapatkan adalah: psikolog, dosen, dan praktisi pendidikan. Tips untuk menghadapi tahap ini adalah pastikan kita menguasai apa yang sudah kita tuliskan saat pendaftaran online. Para pewawancara masing-masing berhadapan dengan laptop, yang saya yakin beliau-beliau ini sedang memperhatikan apa yang kita tulis, baik data-data pribadi maupun essay yang pernah kita tulis. Kuncinya adalah kita harus k-o-n-s-i-s-t-e-n

Setelah diawali dengan perkenalan, beberapa pertanyaan yang sudah pakem dan yang saya dapati adalah:
  1. Kenapa memilih universitas tersebut untuk studi, topiknya apa, relevansi kebutuhan di tempat kerja (bagi yang bekerja di lembaga penelitian seperti saya, penting untuk menmahami tugas pokok dan fungsi lembaga). 
  2. Apa manfaat topik yang dikaji, dan apakah masih bisa berubah topiknya nanti jika ternyata supervisor mengarahkan ke topik lain. Akan lebih mantap jika kita sudah memiliki kontak dengan supervisor di universitas tujuan. Ceritakan saja hingga sampai tahap yang meyakinkan. Posisi tawar kita (menurut saya) adalah di sini, apalagi jika objek riset kita nantinya adalah Indonesia, maka ketegasan kita di awal akan topik riset dan dukungan supervisor in sya’allah akan membuat yakin pewawancara. Untuk bisa sampai mengemukakan ini, setidaknya perlu dukungan bahwa kita sudah mendapatkan LoA (letter of acceptance) dari universitas tujuan. 
  3. Hambatan-hambatan yang mungkin akan dihadapi ketika studi nanti dan cara menyelesaikannya. Saya sendiri mengidentifikasikannya sebagai hambatan internal/akademik dan hambatan eksternal/keluarga/non-akademik. Bagi yang sudah berkeluarga, siapkan penjelasan tentang bagaimana hidup di luar negeri (karena saya apply kuliah di luar negeri), bagaimana beradaptasi, termasuk pendidikan anak jika harus membawa serta anak yang sudah masuk usia sekolah. 
  4. Kelebihan dan kekurangan kita, sampaikan saja namun dengan penuh nuansa optimisme bahwa kekurangan itu sebenarnya mengarah ke kelebihan jika di-maintain dengan baik. Misalnya, seseorang yang perfectionist yang menginginkan kesempurnaan hasil, adakalanya dihinggapi penyakit tidak fokus karena ingin semua targetnya selesai bersamaan. 
  5. Kesuksesan terbesar yang pernah kita raih. 
Pastikan kita menguasai dan mampu menyampaikannya baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris, apalagi yang mengambil pilihan studi di luar negeri. Meskipun sebenarnya tidak menjamin yang mengambil studi dalam negeri pasti ditanya dalam bahasa Indonesia, karena saya punya teman yang dia mengambil studi dalam negeri, diminta menjawab dalam dua bahasa (50-50).

Satu tips lagi yang menurut saya yang terpenting adalah kita minta kepada Allah SWT dengan do’a khusus ini (bagi kawan-kawan muslim). Do’a ini saya dawamkan setidaknya mulai dua minggu (ah, saya lupa pastinya) sebelum pendaftaran online ditutup.

Yaa Allah, saya malu menyampaikan ini karena hamba-Mu ini dhaif dan banyak berharap pada-Mu di kala kesempitan semata…, astaghfirullah… tapi semoga tulisan ini menjadi amal kebaikan bagi hamba-Mu ini untuk mengajak orang taat dan dekat pada-Mu…

Do’a ini tercantum dalam al Qur’an dan saya selalu baca dalam hati di saat sujud shalat…


Rabbi syrahli shadri…, wa yassirli ‘amri…, wahlul uqdatan min lisanii…, yafqahu qaulii… 
(Yaa Rabb-ku…, lapangkanlah dadaku…, dan mudahkanlah urusanku…, dan bukalah ikatan di lisanku…, dan pahamkanlah orang atas ucapanku...)

Apapun hasilnya, in sya’allah akan diberikan ketenangan hati, dan dimudahkan tahapan-tahapan perjuangan yang harus kita lalui…, in sya’allah

Demikian sharing saya sampai sejauh ini, jika tulisan ini bermanfaat, mohon do’a kawan-kawan sekalian agar saya lulus seleksi tahap ke-2 tahun 2015 ini… (pengumumannya di tanggal 10 Juni 2015 nanti…) aamiin