Saya kebetulan mendapatkan materi diskusi "Kontrak karya PT. Freeport, layakkah diperpanjang". Dari kedelapan anggota LGD, semua sepakat untuk memperpanjang KECUALI saya. Mereka beralasan:
- Kita akan dikucilkan dunia jika kita menghentikan aktivitas PT. Freeport,
- Perpanjangan tidak masalah asalkan dibarengi dengan memberikan kemanfaatan bagi masyarakat lokal.
- Diperlukan kajian mendasar atas potensi SDA kita, khususnya di Papua; jangan sampai kita perpanjang 20-40 tahun lagi dan dengan pembagian divestasi saham yang sangat tidak adil tersebut, emas kita habis dan kita tak dapat apa-apa; padahal seandainya kita diamkan 10-15 tahun lagi dan kita memampukan diri dari sisi SDM dan teknologi, maka yang kita dapatkan jauh lebih besar.
- Jangan tertipu dengan pemberdayaan SDM lokal kalau hanya dijadikan sebagai kuli lapangan. Selama tidak ada alih teknologi dan peningkatan kualitas SDM, maka ini adalah bentuk perbudakan.
- Untuk itulah kita di sini, mendapatkan beasiswa untuk membangun negeri. 10-15 tahun ke depan maka kita berharap bisa mengubah kondisi tersebut.
- Nasionalisasi tambang PT. Freeport, moratorium eksplorasi, dan siapkan SDM-teknologi 10-15 tahun ke depan.
Dari pengalaman saya tersebut, setidaknya ada 3 poin yang bisa saya ambil pelajarannya:
Jadilah diri sendiri
Dalam hal ini saya menyarankan teman-teman untuk memegang prinsip yang diyakini, terutama prinsip-prinsip dasar/ideologis yang sudah mapan dalam mindset kita. Jangan takut berbeda dengan mainstream pendapat anggota kelompok diskusi kita. Justru berbedanya pendapat kita dengan mainstream, tapi mampu kita kemas dengan argumentasi idealis nan logis akan membuka cakrawala pemerhati diskusi. Apalagi motto LPDP ingin menciptakan generasi emas 2045; kacamata kita harus idealis BUKAN pesimis.
Solusi sistematis dan terukur
Saat memasuki ruangan LGD, kita akan mendapat selembar kertas berisi berita/informasi yang akan dimintakan kepada kita solusinya. Perspektif pendapat yang diminta ada beberapa, yakni dalam kacamata: (1) akademisi, (2) aktivis, (3) masyarakat umum, (4) pengambil kebijakan/anggota dewan, misalnya. Dari empat kategori ini tentu kita bisa memetakan sejauh mana dan tipe seperti apa masing-masing orang tersebut dalam memberikan argumentasi. Akademisi, tentu akan menguak tinjauan untung-rugi dengan data-datanya. Tak perlu memusingkan, 'wah saya belum pernah baca data ini itu...' cukup perhatikan di lembar kasus yang diberikan, di sana biasanya ada angka-angka data. Kita bisa kupas angka itu. Misal, nilai kontrak karya PT. Freeport yang sangat kecil bagi negeri kita. Kita bisa bahas dari sisi signifikansinya bagi rakyat.
Kaitkan perspektif pendapat kita dengan urgensi beasiswa LPDP
Saya kira akan menjadi kesimpulan yang telak ketika kita mengusung isu 'perubahan' dalam setiap argumentasi kita. Jangan takut berbeda dan jangan takut bersolusi ideologis. Ingat jangka bangsa ini menikmati kesuksesan kita adalah jangka menengah dan jangka panjang, tahun 2045. Sehingga tawaran solusi kita yang sistematis dan mendasar juga sangat penting dalam merevolusi mental negeri ini.
Selamat berjuang kawan!